Monday 6 December 2010

Internationale Weihnachtsfeier 2010



Sorak-sorai suara penonton mengiringi langkah para penari FORMID ketika memasuki Ruang Audimax Hörsaalzentrum di Technische Universität Dresden. Penonton Internationale Weihnachtsfeier (Pesta Natal Internasional) sepertinya sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan penampilan dan sajian tari dari FORMID, hal ini terlihat dari gemuruh applause dan tepuk tangan mereka saat TänzerInnen FORMID naik ke panggung pentas. Begitupula ketika pentas usai, applause pun menggema, sebagai luapan rasa kagum dan surprised atas pertunjukan yang yang disajikan oleh FORMID. Tampil pada sesi akhir dari seluruh mata acara pertunjukan, menjadikan sajian Tarian FORMID high light dan klimaks dari seluruh sajian pertunjukan yang ditampilkan malam itu Tarian yang dipentaskan FORMID kali ini terasa lebih istimewa, sebab menyajikan dua rangkaian tarian tradisional Indonesia, yaitu Tari Likok Pulo dan Golek Ayun-Ayun. Kedua tari tersebut merupakan bagian dari kekayaan Tarian yang dimiliki Indonesia, yang berjumlah kurang lebih 3.000 Tarian. Tari Golek Ayun-Ayun sendiri berasal dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Tari Likok Pulo, yang banyak dikenal dengan Tari Saman, adalah Tarian yang berasal dari Provinsi Daerah Istimewa Aceh.


Tarian ini hasil kreasi ulama Islam yang bermukim di Aceh pada tahun 1850 dan biasanya Tarian ini dilaksanakan sebelum menanam padi atau ketika petani memanen padi mereka, dan lazimnya diadakan pada malam hari. Persembahan Tarian oleh FORMID, malam itu, diawali dengan penampilan Tarian Golek Ayun-Ayun yang dibawakan secara solo oleh Ibu Titin. Dengan diiringi lagu Jawa nan merdu, tarian dengan gerakan yang sangat lembut dan penuh makna itu menggambarkan seorang perempuan Jawa yang sedang bersolek, merias diri dengan menyisir dan merias rambutnya. Tarian Golek Ayun membuat penonton terhenyak dalam keheningan menikmati gerak gemulai penari. Gerak gemulai, ketenangan, kehalusan dan keanggunan (elegan) merupakan merupakan „roh/jiwa“ dari tarian ini dan sekaligus merepresentasikan „feminitas“ wanita Jawa. Pemilihan konstum penari melengkapi kesempurnaan penampilan malam itu. Balutan baju beludru hitam dengan ornamen perak yang dikenakan oleh Ibu Titin sangat serasi dipadukan dengan bawahan kain batik putih bercorak lurik. Mahkota burung merak bersayap merah menambah anggun dan mempercatik penampilan penari.


Setelah penonton diantar menikmati pada keheningan dan gerak gemulai Tarian Golek Ayun-Ayun, persembahan tari kedua yang menjadi andalan FORMID mengiring penonton ke suasana yang dinamis. Seperti biasanya, pembuka Tari Likok Pulo (Tari Saman), diawali dengan keheningan seolah membawa suasana ruang pentas Audimax pada aura magis, namun setelah gerakan „penghormatan“kepada penonton, tarian ini memasuki inti dengan ciri gerakan cepat dari perpaduan gerakan tangan dan tubuh-tubuh penari yang mengikuti aluran irama lagu pengiring. Tari Likok Pulo (Tari Saman) yang ditampilkan oleh FORMID tahun ini memiliki kekhususan tersendiri karena mendapat sentuhan artistik dengan diperkaya oleh beberapa gerakan-gerakan baru, hasil kareografi yang dikembangkan sendiri oleh penari FORMID, yang dimotori oleh Bapak Irvan Affandi, sementara untuk keselarasan gerak tarinya dilatih oleh professional trainers, Rian dan Sita. Kombinasi dan perpaduan antara keserasian, kecepatan, kekompakan, keteraturan menghasilkan kesempurnaan gerak dinamis. Gerakan para penari FORMID yang sangat kompak membuat decak kagum sekitar 980 penonton yang memadati Hörsaalzentrum. Tepuk tangan meriah selalu bergemuruh setiap kali jeda pergantian dari satu gerakan ke gerakan lainnya. Sebagian penonton menyebut Tarian ini sebagai Tarian „Welle“ (Gelombang), mungkin karena gerakannya seperti bergelombang ……seperti ombak yang menyentuh hamparan pasir pantai. Bukan itu saja, karena gerakannya yang dinamis seolah Tari Likok Pulo mengajak para penonton menyatu dengan gerak yang ditampilkan penarinya. Hal ini terlihat dari beberapa penonton yang menirukan gerakan-gerakan penari baik selama pementasan maupun setelah penari FORMID meninggalkan pentas. Penonton sangat takjub melihat penampilan para penari dengan tarian saman. Kostum penari saman menyajikan keserasian selaksa dengan gerakan tariannya. Baju hitam dilengkapi dengan ikat kepala yang digunakan secara terkelompok menjadi dua, yaitu merah dan kuning dan diatur secara berselang-seling antara penari, menjadi daya tarik sendiri dari performance tampilan, karena pada saat penari melakukan gerakan-gerakan yang bergantian dengan teratur gradasi antara kelompok gerakan nampak lebih teraksentuasi. Pendek kata kedua tarian yang ditampilkan FORMID pada acara berlevel International ini berhasil menggetarkan dan membuat decak kagum para penonton yang menyaksikannya.


Para FORMIDers boleh berbangga karena setiap tahun Panitia Penyelenggara kegiatan Internationale Weihnachtsfeier ini, yaitu Akademisches Auslandsamt, TU Dresden selalu memberi kesempatan pada FORMID untuk menyajikan Tarian Tradisional dari Indonesia. Bagi penyelenggaraan kegiatan eventevent International dan Kulturelle yang diadakan di lingkungan TU Dresden, FORMID adalah bagian yang tak terpisahkan dan menjadi „andalan“ mereka untuk meramaikan event-event tersebut. Suasana gemuruh dan hangat dalam ruang Audimax Hörsaalzentrum dengan sajian yang ditampilkan oleh para penari FORMID, seolah membuat penonton melupakan sementara ekstremnya cuaca Desember dengan temparatur sekitar minus 13 derajat (feels like: 19 derajat) di luar ruangan. Meskipun dengan cuaca ekstrem dan Dresden diselimuti oleh salju, namun animo dan antusias penonton sangatlah tinggi untuk menyaksikan secara live rangkaian acara pangelaran seni dan budaya dari berbagai negara. Antrian penonton yang berjubel di depan Hörsaalzentrum cukup panjang, menandakan antusias yang tinggi untuk acara ini. Acara Internationale Weihnachtsfeier dibuka secara resmi oleh Frau Prof. Dr. Schaefer, Prorektorin für Bildung und Internationales. Perayaan event tahunan yang digelar oleh TU Dresden ini, seperti tahun tahun sebelumnya selalu menampilkan berbagai penampilan seni dari berbagai negara. Untuk perayaan tahun 2010 ini antara lain diramaikan oleh penampilan Tari Asuk dan Masuk dari Turki, Klassische Musik mit Rupam dari India, Lagu-lagu Lateinaamerika yang dibawakan oleh Heide Perez dan Laura Filofteia-Toma dan penampilan lainnya. FORMID sendiri mendapat giliran tampil pada sesi ke-7 atau sekitar jam 21.25 CET.


Selain pementasan seni, acara ini juga dimeriahkan dengan beraneka ragam jualan Weihnachtsmarkt, khususnya jualan yang menyajikan sajian makanan-makanan khas dan eksotika dari berbagai negara, yang berlangsung pada pelataran dalam, Foyer Horzalzentrum. FORMID sendiri hadir menyuguhkan menu-menu makanan tradisional khas Indonesia, seperti Mie ayam pangsit, risoles, Martabak, Klepon, Bakwan dan Lemper Ayam….. Ehhhmmm lecker…lecker…, manjuss..manjuss…. Sejak stand FORMID dibuka sekitar pukul 19.00 pembeli berjubel dan antri di depan stand untuk menyicipi kulinari khas traditional Indonesia. Tim “Dapur” FORMID yang dikomandani oleh Trio - Verkäuferinnen “Ibu Nisa, Ibu Indri dan Ibu Avon” serta mendapat bantuan khusus dari Frau Gesine, selama kurang lebih satu jam tak henti-hentinya sibuk melayani pembeli yang antri untuk membeli makanan yang di jual pada stand FORMID. Karena maknyussnya makanan yang dijual di stand FORMID maka semua makanan yang dijual, habis, ludes, tak tersisa…. Ausverkauf.


Dibandingkan dengani penyelenggaraan Internationale Weihnachtsfeier tahun 2009, pagelaran kali ini sepertinya lebih banyak dihadiri oleh penonton. Seluruh kursi dalam ruang Audimax penuh, bahkan di bahagian tangga dan pintu masuk bahagian atas dan bawah juga dipadati oleh penonton. Bagi penonton yang tidak mendapatkan tempat dalam ruangan terpaksa harus menonton dari luar, menonton dari jarak jauh, termasuk beberapa Formiders yang tidak kebagian kursi dalam ruangan pertunjukan… Raut tegang yang menyelimuti wajah penari sejam sebelum tampil, meskipun dengan latihan intensif yang telah dilakukan, tergambar begitu nyata tatkala para penari kembali melakukan persiapan terakhir, yaitu latihan akhir di Ruang 103, ruang khusus yang diperuntukkan bagi penari FORMID untuk melakukan persiapan sebelum tampil. Sekitar pukul 21.55, wajah-wajah tegang penari berubah menjadi sumringah dan ceria setelah selesai menuntaskan ‘‘misi-negara‘‘ mementaskan Tari Golek Ayun-Ayun dan Tari Likok Pulo (Tari Saman). 14 penari dan seorang penyanyi memancarkan wajah penuh keceriaan, ploonng….. Waktu yang mereka luangkan selama kurang lebih sebulan di tengah kesibukan kuliah dan kerja mereka sehari-hari, terbalas dengan sambutan penonton terhadap tarian yang mereka sajikan. Diluar dugaan tarian FORMID memukau, menggetarkan dan membuat penonton terpana dan tentunya tak lupa iringan tepuk-tangan puas penonton yang benar-benar menikmati sajian dua tarian yang ditampilkan oleh FORMID
.

Double success untuk FORMID, karena bukan saja tarian yang ditampilkan memukau namun jualan yang disuguhkan oleh Ibu-ibu FORMID laris manis, laku terjual. Salut…salut dan salut, kata penutup inilah yang kiranya pantas kita berikan pada seluruh penari, pengelola Stand Jualan Kulinari Indonesia, Peliput dan fotografer FORMID, dan crew-crew pendukung lainnya dan tentunya kepada seluruh Formiders yang telah memberi support atas suksesnya penampilan FORMID pada perayaan Internationale Weihnachtsfeier yang berlangsung pada Hari Jumat, 3 Desember 2010. Bravo dan Terima Kasih……

Ditulis oleh: Ikhfan Haris
Foto: Nandang Mufti

No comments :