Sejarah akan mencatat, Malam Indonesia ke-2 yang diselenggarakan oleh Formid e.V. pada hari Sabtu lalu, tanggal 30 Agustus 2008 telah berlangsung dengan sangat sukses dan meriah. Bertempat di ruang pertemuan bertaraf Internasional (Plenarsaal Rathaus Dresden), para anggota Formid menampilkan bermacam-macam kesenian khas yang mewakili budaya negeri Nusantara.
Acara yang berlangsung pukul 17.30, dibuka dengan Tari Pendet, yang dibawakan oleh Ibu Dina RWE dan sdri. Aina. Tari pendet yang berasal dari
Acara pertama, yaitu penampilan dari Ibu Titin, membawakan Tari Panji Semirang yg juga berasal dari Bali. Salah satu penari paling profesional yang dimiliki Formid ini, membawakan tarian dengan sangat luar biasa. Keluwesan yang ditampilkan sangat kentara, ditambah balutan kostum nan elok menawan.
Acara kedua, yaitu penampilan Tari Saman, yang dibawakan oleh (dari kiri ke kanan) Tyo, Dadang, Aan, Imron, Diyah, Iyul, Rina, Ahmad, Jasmine, Abdul, Ricky, dan Wisnu. Tarian kreasi modifikasi teman-teman Formid ini mampu menggebrak acara yang terkesan resmi menjadi sedikit mencair. Para penonton terhanyut dalam setiap gerakan tarian, terlihat dari tepuk tangan penonton disetiap gerakan tari saman mulai saat tengah tarian sampai akhir.
Acara ketiga, yaitu penampilan Kecapi yang dibawakan oleh tamu Formid dari Halle. Beliau sekeluarga menjadi satu-satunya tamu undangan yang khusus datang untuk mengisi acara serta memeriahkan Malam Indonesia 2008 di Dresden ini. Seniman profesional kecapi ini membawakan alat musik dengan lantunan lagu (Nyinden) khas Sunda yang syahdu membuat para penonton, khususnya orang Indonesia, menjadi rindu akan kampung halaman. Sangat menyentuh dan terharu.
Acara keempat, yaitu presentasi tentang Indonesia oleh sdr. Dadang dan sdri. Puti serta penampilan beberapa baju daerah dari Indonesia oleh teman-teman Formid. Antara lain baju dari daerah Aceh, Batak, Dayak, Madura, Sulawesi dan Maluku. Penonton yang hadir menjadi tahu sekilas tentang Indonesia lewat pakaian adat yang dimiliki beberapa daerah di Indonesia yang sekaligus menunjukkan keragaman budaya Nusantara.
Acara keenam, yaitu Nyanyian tentang Indonesia. Antara lain membawakan lagu nasional Indonesia Tanah Air oleh sdri. Aina diiringi petikan gitar sdr. Stephanus dan Dadang. Kemudian dilanjutkan lagu dari asal Betawi: Jali-Jali yang dinyanyikan oleh Ibu Titin, Henni, Diyah, Hafni, Rina, Wisnu, dan Romo Jo diiringi oleh gitaris yang sama. Kedua lagu tersebut dibawakan secara apik dan dipilih mewakili keragaman budaya Indonesia.
Acara keenam, yaitu penampilan Wayang Kulit oleh sdr. Wisnu. Salah satu kebudayaan tertua di pulau Jawa ini berhasil dibawakan secara atraktif sehingga membuat penonton sangat terhibur dan terkesan. Peralatan dan perlengkapan untuk acara wayang kulit ini terlihat sangat menawan, dimana geber wayang merupakan sumbangan karya dan dikerjakan langsung oleh sdr. Eric dan Ibu Tri.
Acara keenam dimulai dengan penampilan Pencak Silat oleh sdr. Imron. Setiap gerakan yang ditampilkan terkesan mengalir dengan lugas. Bermacam senjata ditampilkan dalam atraksi pencak silat ini. Penampilan ini mampu mewakili keragaman seni beladiri Indonesia.
Acara kedelapan, yaitu penampilan Grup Musik Angklung yang dipimpin oleh Ibu Dina RWE dan dimainkan oleh sebagian besar anggota Formid yang bermukim di Dresden dan sekitarnya. Lagu pertama yang dibawakan yaitu Ole-Ole Bandung. Kemudian disusul lagu kedua yang merupakan kejutan bagi penonton, yaitu lagu Vogel Hochzeit; lagu khas dari Jerman. Dan terakhir yaitu lagu We Are The Champion sebagai lagu penutup. Secara keseluruhan penonton sangat kagum dengan alat musik bambu dari daerah Sunda ini yang mampu memainkan lagu layaknya suatu grup orkestra. Ditambah kejutan lagu Vogel Hochzeit yang tidak asing lagi bagi mereka, menambah kekaguman mereka akan alat musik angklung.
Acara kesembilan, yaitu penampilan Tari Batak, yang dibawakan oleh Kezia, Diyah, Cisca, Rina, Stephanus, Ricky, Gunawan, Ahmad, Wisnu, Romo Jo, dan Ipang. Tarian Batak termasuk tarian tertua dari daerah Sumatra Utara karena menurut ceritanya tarian ini muncul pada zaman animisme. Penampilan para penari Batak sangat kompak sekali dan berhasil membawakan aroma mistis yang kental yang menjadi karakter dari tarian tersebut.
Acara kesepuluh, yaitu penampilan Tari Poco-Poco yang dibawakan oleh Romo Jo, Cisca, Ahmad, Aan, Merdinasari, Rina, Henni, Stephanus, Diyah, Tyo dan Ipang. Tarian ini berhasil dibawakan secara lugas dimana pada kesempatan kedua para penari mengajak penonton naik ke panggung untuk mengajarkan gerakan poco-poco dan menari bersama. Tanpa disangka ternyata antusiasme penonton sangat tinggi. Mereka langsung membaur kedepan dan melakukan gerakan poco-poco bersama-sama mengikuti gerakan penari yang memberikan contoh didepannya.
Demikian liputan yang berhasil kami himpun dari jalannya Malam Indonesia 2008 di Dresden. Selamat untuk rekan-rekan formid e.V. semua atas terselenggaranya acara ini dengan sukses. Terbayar sudah hasil jerih payah latihan dan persiapan-persiapan lain yang telah dilakukan. Bravo Formid !
No comments :
Post a Comment